Kamis, 20 Januari 2011

Cerita seorang istri yang ingin berubah utk suaminya... (kisah nyata)

Cerita seorang istri yang ingin berubah utk suaminya... (kisah nyata gan) must see!!

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku.
Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi
setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa
mauku.

Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia
cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh,
baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami
sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku
pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan
saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena
waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang
dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu
sebagai ungkapan sayang.

Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton
berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah.
Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri
dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar,
hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar,
atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa
lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang
tidak suka tertawa lepas.

Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun
pernikahan kami. sampai suatu ketika, disuatu hari yang
terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena
jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan
dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena
sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di
ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia
memperkenalkan diri, bernama Meisha, temannya Mario saat
dulu kuliah.

Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku
tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang
dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan
penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti
berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan
penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan
mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu
mendengar dia bercerita.

Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka
kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga
jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu,
karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan
mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu
dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan
tempatnya bekerja..

Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup
drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum
manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari
3x.. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering
tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung
didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau
aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan
masih dirawat di RS.. Aku sedang memegang sepiring nasi
beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga
mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara
riangnya, " Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang
nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh… dasar anak
nakal, sini piringnya, " lalu dia terus mengajak Mario
bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi
itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat
tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku,
seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku
lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !

Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia
membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya
dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit
setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih
sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan
yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit
ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkimpoian
kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih
suka mencumbu komputernya dibanding aku.

Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan
itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan
donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia
mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia
datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.

Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai
perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun
aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak
pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis
kemudian.

Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7
tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti
ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan
memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante
Meisha ?"

Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik
itu,

Dear Meisha,

Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi
seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh
cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima
karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena
dia ibu dari anak2ku.

Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku
sungguh2 mencintainya. . Tidak ada perasaan bergetar seperti
ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak
pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak
ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat
kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak
sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang
aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap
terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta
untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami,
seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah
mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di
hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun
tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah
menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat
memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa
hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima
bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia
inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh
hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang
hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang
menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti,
you are the only one in my heart.

yours,
Mario

Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat.
Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat
jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku. .

Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia
bersamaku. Dia mencintai perempuan lain.

Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat
hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan
diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah
aku berikan untuknya.

Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku
mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang
belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan
menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak
pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas
dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu
memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama
pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata
dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi
istrinya.

Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku
juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang
dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia
tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih
aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan
melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya
dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus
didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah
membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu.
Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku
akan selalu mencintainya.
Setahun kemudian…

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang.
Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi
bunga.
" Mario, suamiku….

Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama
kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku.
Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin.
Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah
tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu
seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan
tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika
kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku
si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi
ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau
melakukan apa saja untukku…..

Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari
setelah pernikahan kita.. Ketika aku membanting hadiah jam
tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu
sebenarnya menyukai Mario.

Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, "
kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah
menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?"

Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan
sombongnya.

Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak
pernah bahagia bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam
kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang
engkau inginkan.

Istrimu,

Rima"

Di surat yang lain,

"………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah,
engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat,
namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari
matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta
itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang
Meisha……"

Disurat yang kesekian, "……..Aku bersumpah, akan
membuatmu jatuh cinta padaku. Aku telah berubah, Mario.
Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak
lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku
belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau
sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak
lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum
menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu,
untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini?
Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau
tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur
disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat,
karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….


Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu,
aku akan tetap berusaha dan menantinya…….."

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua
mata indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu
disampingnya.

Disurat terakhir, pagi ini…

"…………..Hari ini adalah hari ulang tahun
pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau tidak pulang
kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena
hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.
Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai
kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya
deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar
kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku
segera ganti baju supaya tidak sakit.

Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita
pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku
melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2
cinta mulai bersemi dihatimu ?………"

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,

" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari
jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus
melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah
melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang
itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2
kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir
motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan,
tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan
tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar,
Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia
tidak lagi bergerak……" Jelita memeluk Meisha dan
terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk
merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi
pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan
tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,

Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia
tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku.
Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena
kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku
baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku
mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya?

Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau
sarankan, Meisha.. Dan besok aku akan memberikan surprise
untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya
dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu
dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku….

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang
masih terduduk disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka
yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario. Kadang kita baru
menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah
pergi meninggalkan kita.

Jakarta, 7 Januari 2009 (dedicated to my friend....may you
rest in peace...)


Yesterday is a history.
Tomorrow is a mystery.
Today is a gift.
That's why it's called "present".

from "fb note"


sumber " Kaskus "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar